Looking For Anything Specific?

header ads

Antisipasi Penyebaran Terinfeksi Virus Corona yang Berasal dari Wuhan


   AnakGossip - Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Santoso, menuturkan, prosedur evakuasi yang dilakukan pemerintah untuk WNI dari Wuhan telah sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan. Pemilihan wilayah tertentu sebagai lokasi karantina tentu telah dipikirkan secara matang dan terukur.

Dia memahami adanya kekhawatiran karena evakuasi dari wilayah yang berisiko terinfeksi seperti Wuhan.

"Jadi, kalau orang dibawa dari Wuhan ke Indonesia, dia harus dikatakan klir. Nah, untuk dikatakan klir, masa inkubasi itu harus terlewati," ujarnya kepada Jawa Pos kemarin, 1 Februari 2020.

Masa inkubasi yang ditetapkan 1 hingga 14 hari. Agus menjelaskan, seluruh tenaga medis yang dikerahkan telah memikirkan seluruh aspek tersebut. Tujuan karantina, kata dia, menghindarkan masyarakat dari risiko terinfeksi. "Tempat, SDM, tenaga medis, semua tentu sudah disiapkan. Kalaupun ada yang timbul gejala, tentu langsung diisolasi sesuai dengan aturan medis," imbuhnya.

Ketua Indonesian State University Hospital Association, Prof. Dr. Nasronudin. Sp, PD-KIPTI FINASIM mengungkapkan, seluruh WNI yang dipulangkan beserta penjemput yang terlibat harus dikarantina setidaknya 14 hari. Itu dilakukan untuk memastikan agar tidak tertular virus corona. Jika ada yang tertular pun bisa langsung diatasi dengan baik. "WNI yang berangkat dari Wuhan dalam kondisi sehat. Harapannya, mereka pulang tidak dalam masa inkubasi," ujarnya.

Direktur Rumah Sakit Universitas Airlangga (Unair) itu mengatakan, virus dapat dilawan dengan daya tahan tubuh atau imunitas sendiri. Jika seseorang dalam kondisi sehat dan istirahat cukup, imunitas tubuh dapat menangkal virus coron. "Jadi, virus corona jangan ditakuti," ucapnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, kata dia, masyarakat Indonesia memiliki imunitas tubuh yang bagus dan tangguh. Tahun lalu ada infeksi zika yang sudah menyebar di Thailand, Taiwan, Singapura, bahkan Korea Selatan. Namun, tidak satu pun warga Indonesia yang terkena. Padahal, virus zika dan demam berdarah sama kerabatnya dan mirip dengan virus corona, MERS, dan SARS. "Dari 100 sampel pasien DBD, tidak ada satu pun infeksi zika," kata dia.

Nasrunodin menambahkan, Rumah Sakit tempat karantina WNI dari Wuhan harus memenuhi standar kesehatan WHO. Yaitu, tersedia ruang isolasi. Di ruangan tersebut harus tersedia hepa filter yang berfungsi membunuh mikroorganisme. Petugas kesehatan juga harus menggunakan perlengkapan Universal Precaution lengkap dan kunjungan keluarga dibatasi untuk mencegah transmisi atau bisa mengikuti melalui layar monitor. "Akan lebih baik ruangan isolasi tersebut dilengkapi tekanan positif dan tekanan negatif. Juga tersedia peralatan pemantau otomatis tekanan ruangan isolasi," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cahyo Rahmadi mengatakanm virus corona adalah keluarga besar virus yang mengakibatkan penyakit ringan seperti pilek. Namun, keluarga virus corona juga dapat membuat penyakit serius seperti MERS maupun SARS. Virus corona pada umumnya ditemukan pada berbagai jenis hewan yang berkeliaran di atas tanah. "Seperti mamalia, burung, serta reptil," katanya.

Menurut dia, perlu persiapan upaya mitigasi antisipasi zoonosis atau penyakit yang dapat ditularkan dari satwa liar ke manusia. Satwa liar secara alami dapat menyeberang lintas negara. Juga, bisa dibawa manusia dengan tujuan tertentu. Hewan yang berpotensi membawa penyakit adalah tikus, kelelawar, culurut (sejenis tikus), hewan jenis karnivor, dan kelompok primata seperti monyet.

Peneliti satwa liar Pusat Penelitian Biologi LIPI, Taufik P. Nugraha menuturkan, sejumlah ilmuwan menduga, kemunculan penyakit zoonosis virus corona itu hasil tingginya frekuensi singgungan antara satwa liar dan manusia. Dalam kasus tersebut, mungkin orang yang berinteraksi langsung di pasar hewan di Wuhan, Tiongkok, terinfeksi virus corona. "Interaksi langsung tersebut dapat melalui makanan maupun dalam proses pengolahan hewan," jelasnya.

Taufik lantas mencotohkan munculnya ebola di Afrika. Kasus tersebut muncul akibat deforestasi (penebangan hutan) untuk pertanian yang memicu ekspansi kelelawar keluar dari habitatnya. Dalam proses deforestasi itu, manusia masuk ke habitat kelelawar. Dengan begitu, interaksi antara manusia dan kelelawar semakin tinggi dan memicu infeksi ebola pada manusia.

Peneliti Bidang Mikrobiologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Sugiyono Saputra menjelaskan virus corona mempunyai laju mutasi yang begitu cepat daripada virus jenis lainnya. Dengan laju mutasi yang sangat cepat itu, munculnya kejadian luar biasa akibat virus corona juga bisa berlangsung cepat dan tidak terduga. Dari hasil penelitian, Sugiyono menuturkan bahwa tiga jenis virus corona yang mematikan bagi manusia berasal dari kelelawar. "Kelelawar berperan sebagai perantara alaminya," jelasnya.

Umumnya, lanjut dia, interaksi antara manusia dan kelelawar sangat jarang. Namun, perjalanan virus corona yang ada dalam tubuh kelelawar bisa melalui perantara hewan lain sebelum ke manusia. "Pada kasus terbaru, materi genetik 2019-nCoV merupakan rekombinasi materi genetik virus yang berasal dari kelelawar dan ular," terangnya. Dugaan itu diambil dari kode-kode protein atau materi genetik 2019-nCoV yang mempunyai kesamaan dengan materi genetik ular.

Data tersebut diketahui setelah tim ahli membandingkan 200 jenis virus corona dari berbagai hewan. Rekombinasi itu merupakan gabungan antara bagian selubung virus corona pada kelelawar dan ular.

Artikel asli

CORONA VIRUS | VIRUS CORONA | VIRUS KORONA | NOVEL CORONAVIRUS | 2019-nCoV | WUHAN | TIONGKOK | CHINA | THAILAND | MALAYSIA | SINGAPURA | TAIWAN | HONGKONG | JEPANG | MACAU | SYDNEY | KOREA SELATAN | AMERIKA SERIKAT | VIETNAM | PRANCIS | AUSTRALIA | NEPAL