AnakGossip - Akhir-akhir ini, beberapa negara telah dikhawatirkan dengan wabah penyakit akibat virus corona. Virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok ini membuat ratusan nyawa melayang dan ribuan orang terinfeksi virus corona. Bahkan, virus dengan nama 2019-nCoV ini, membuat hampir 10.000 penerbangan dari dan ke Tiongkok dibatalkan.
Virus yang telah meawabah ke berbagai negara ini, mempunyai gejala mirip dengan penyakit batuk dan pilek biasa. Lantas, apa perbedaan penyakit batuk biasa dengan gejala virus corona?
Dr. Ngabila Salama selaku Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, mengatakan bahwa gejala virus corona sangat mirip dengan penyakit batuk dan pilek biasa. Risiko seseorang terkena penyakit ini akan lebih besar, ketika sudah melakukan perjalanan ke Tiongkok.
"Yang ditanya pertama bukan batuk dan pilek, tapi apakah dalam 14 hari terakhir ke China, termasuk Taipei," kata Ngabila dalam siaran radio Suara Edukasi, Selasa, 4 Februari 2020.Ngabila menuturkan, ketika gejala demam dan pilek muncul setelah melakukan perjalanan ke Tiongkok, sebaiknya segera menghubungi petugas kesehatan.
Ia menambahkan, virus corona bisa turun ke paru-paru dan menyebabkan radang paru. Jika hal ini terjadi, maka pasien akan dimasukkan ke Rumah Sakit rujukan dan menjalani pemeriksaan.
"Kasus (orang) yang diawasi di Rumah Sakit, diisolasi, ada, tapi sampai sekarang (di Indonesia) tidak ada yang positif novel coronavirus," kata Ngabila.Hingga saat ini, orang-orang yang diawasi di Rumah Sakit dan puskesmas soal risiko terjangkit virus corona diberi obat batuk dan pilek. Keadaan mereka terus dipantau petugas medis. Bila keadaan pasien memburuk, maka akan dirujuk ke Rumah Sakit.
Ngabila juga menambahkan, status virus corona sebagai darurat dunia dari WHO, disebabkan oleh penyebaran virus yang berlangsung cepat dan jumlah kasus terus mengalami peningkatan.
Meski demikian, tingkat kematian virus corona ini masih rendah jika dibandingkang dengan virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS CoV).
"Angka kematiannya 2-3 persen. SARS pada 2002 angka kematiannya 10 persen, MERS COV 35 persen," ujar Ngabila.Ngabila juga menghimbau agar masyarakat tak gampang percaya dengan informasi, yang bertebaran soal virus corona.
"Kita perlu memilih kanal informasi yang valid untuk masyarakat. Jika tidak yakin dengan validitas harap konfirmasi ke tim ahli," jelas Ngabila.Artikel asli
DEPOSIT PAKE PULSA | DEPOSIT VIA PULSA | DEPOSIT VIA OVO | DEPOSIT VIA GOPAY | DEPOSIT VIA DANA | DEPOSIT VIA TELKOMSEL | DEPOSIT VIA XL | DEPOSIT VIA AXIS |
CORONA VIRUS | VIRUS CORONA | VIRUS KORONA | NOVEL CORONAVIRUS | 2019-nCoV | WUHAN | TIONGKOK | CHINA | THAILAND | MALAYSIA | SINGAPURA | TAIWAN | HONGKONG | JEPANG | MACAU | SYDNEY | KOREA SELATAN | AMERIKA SERIKAT | VIETNAM | PRANCIS | AUSTRALIA | NEPAL